“Wah, Raga… kamu memang jenius. Ayo, kita harus cepat bersiap.”Kata Jauhar kepada aku dan Farhan. Jauhar pun meninggalkan aku dan Farhan, dan ia segera berlari menuju barisan tenaga pengawas ibadah. Dari kejauhan, aku melihat dia melambaikan tangannya kepada aku dan farhan sambil berteriak “Assalamu’alaikum (semoga keselamatan dilimpahkan atas kalian)”, kami pun menjawabnya dengan keras “Wa’alaikumsalam”.
Tanpa menunggu lebih lama, kamipun segera berangkat. Kontingen pertama yang di berangkatkan adalah barisan depan, disusul dengan barisan-barisan lainnya. Kami semua tidak serta-merta siap, sebagian dari kami masih ada yang takut. Tetapi, mereka yang takut mencoba untuk tenang dan berikhtiar kepada-Nya.
Dari Universitas al-Azhar menuju pusat kota Kairo memakan waktu sekitar 30 menit saja. Dan mata ini serasa kaget melihat kota hancur lebur seperti habis ditiup angin topan. Sungguh, aku dan farhan kala itu tidak tega melihat banyaknya para mahasiswa perempuan asal Kairo, menangis melihat kota mereka telah hancur.
“Raga, pasti mereka menangis karena banyak keluarganya yang telah meninggal.”Kata Farhan mencoba menguatkan mentalnya.
“Kamu benar han, mungkin, kita harus bisa menenangkan mereka.”Kataku sambil menahan sesak.
Tujuan kami pun segera kami mulai. Kami para tenga konservasi mempunyai tugas untuk mengkonservasi para korban, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Kami pun akhirnya saling berpencar agar semakin mudah menemukan dan menolong korban. Meskipun saat itu bagi kami merupakan saat yang kami khawatirkan akan adanya pemberontakan secar tiba-tiba, tetapi kami tetap berusaha untuk tegar, tenang, dan selalu mengingatnya. Aku bersama Farhan serta 40 orang lainnya menyusuri bagian utara kota Kairo. Nah, pada bagian utara ini kita masih berpencar lagi. Aku masih tetap bersama Farhan. Untunglah, dalam tenaga konservasi ini ada tenaga medis dan tenaga bahan pangan, sehingga kekhawatiran kami pun agak sedikit berkurang.
Di saat-saat seperti ini, Kota Kairo seperti kota mati. Tetapi, aku dan Farhan tetap berusaha dan bertekad kuat untuk mencari korban bencana ini.
Hingga aku dan Farhan tiba di suatu bangunan runtuh yang betonnya masih berdiri walaupun atapnya sudah roboh.
“Raga, aku mendengar suara anak kecil dari dalam bangunan itu. Ayo kita periksa”ajak Farhan kepadaku.
“Baiklah, aku percaya padamu.”Aku dan Farhan pun masuk ke dalam reruntuhan bangunan itu. Mencari-cari sumber bunyi suara anak kecil yang di dengar Farhan Tadi. Dan benar saja, Farhan menemukan anak tersebut. ternyata Ia adalah anak perempuan. Anak perempuan tersebut sedang bersembunyi di dalam sebuah drum yang ditutup dengan sebuah papan besar. Aku yang berbadan lebih besar dari Farhan segera mengangkat anak itu keluar dari drum tersebut. Aku dan Farhan tidak tega melihat anak itu. Ditambah dengan banyaknya luka dan darah yang megalir dari kepalanya. Karena kakinya sedikit pincang, akhirnya aku memutuskan untuk menggendongnya untuk membawanya ke pos penyelamatan.
Saat di perjalanan, tiba-tiba anak itu bertanya kepada ku.
[berbicara dalam bahasa arab] “ Kakak ini siapa?, aku mau di bawa kemana.”Katanya sambil masih terisak-isak.
[berbicara dalam bahasa arab] “Kakak Raga dan Kakak Farhan akan membawamu kepada Ibumu. Tapi, ngomong-ngomong, siapa nama kamu?, kamu terlihat masih kecil. Pasti umurmu sekitar 7 tahun.”
“Nama saya Siti. Kakak benar, umur saya masih 7 tahun.”
“Tapi, bagaiman kamu bisa terpisah dengan kedua orang tuamu. Dan bagaimana kamu bisa bersumbunyi di dalam drum tadi?”tanyaku dengan belasan kasih sayang.
“Begini, saat kejadian itu, semua orang dilanda rasa takut. Semua orang melarikan diri saat pemberontakan dan penghancuran kota itu terjadi. Karena Ibu Siti bingung, jika mengajak Siti, katanya Skti akan mati bersamanya. Jadi, Ia memutuskan untuk menyembunyikan Siti di drum itu.” Kata Siti sambil menangis.
“Wah.. Ibu Siti sangat sayang sekali kepada Siti ya.. tenang, nanti Kakak Raga dan Kakak Farhan akan membantu mencari Ibumu. Kamu tenang dulu ya, pasti Ibumu masih hidup. Do’akan ya Siti”Kata-kataku semakin membuat Siti menangis haru. Padahal, aku bertujuan untuk menghiburnya. Ku lihat Farhan juga ikut ingin mengis, tetapi dapat di tahannya.
“Assalamu’alaikum, Sarah, kami mendapatkan satu orang korban. Tolong rawat dia dan beri makan dia”Kata Farhan kepada Sarah, salah satu tenaga medis di pos tersebut.
“Wa’alaikum salam, Alhamdulillah. Baiklah, aku akan segera mengobatinya.”
“Kakak……”Panggil siti kepada ku dan Farhan.
“Janji ya, kalian pasti bisa menemukan Ibuku..”katanya sambil melirihkan suaranya.
“Siti tenang saja, tidak usah ikut berpikir. Kakak Farhan dan Kakak Raga Insya Allah pasti akan menemukan Ibu Siti. Mangkanya, Siti berdo’a terus ya..”Hibur Farhan kepada anak itu. Ia pun segera memeluk siti. Saat itu, aku melihat Farhan seperti memeluk adiknya sendiri.
Aku dan Farhan pun segera berangkat kembali untuk mencari korban lainnya.
Setelah jauh berjalan, aku baru ingat kalau aku dan Farhan harus menghubungi Jauhar. Pada saat itu, kami pun segera menghubungi Jauhar, menanyakan apakah Ia baik-baik saja.
“Ayolah Jo, cepat angkat…….” Kataku sambil menunggu suaranya muncul dari headset ku dan headset Farhan.
“Assalamu’alaikum, Raga, Farhan… apakah kalian baik-baik saja..!!!???”
“Wa’alaikum salam, Jo, Alhamdulillah kami baik-baik saja. Bagaimana denganmu?”
“Aku juga sangat baik-baik saja. Bagaimana, apakah kalian berdua sudah menemukan korban??”
“Kami sudah menemukan 1 korban, dan sekarang kami akan kembali mencarinya kembali.”
Tiba-tiba, saat aku asik-asik berbicara sama Jauhar, Farhan melihat seseorang bersenjata dari kejauhan melihat kami berdua dan sepertinya ingin menembak kami, dan…
“Raga………..awas…..!!!!!”teriak Farhan kepadaku
BERSAMBUNG
0 comments:
Post a Comment
Kritik & Saran Anda sangat Saya Butuhkan.. Silahkan berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Komentar tidak boleh mengandung unsur pornografi, atau link hidup. Terima kasih.