Bukanlah hal yang tak biasa lagi jika seluruh manusia di dunia ini selama hidupnya mempunyai tujuan. Ya, semua manusia tentu memiliki pengharapan akan masa depannya. Harapan agar menjadi orang sukses, menjadi orang bahagia, menjadi orang yang makmur sejahtera, dan masih banyak lagi pengharapan-pengharapan lainnya.
Biasanya, pengharapan-pengharapan sudah muncul sejak kita masih kecil. bentuk-bentuk pengharapan itu biasa orang-orang artikan sebagai cita-cita. Begitulah mereka menyebutnya.
Kemudian pengharapan-pengharapan itu tumbuh menjadi pertanyaan saat kita sudah baligh (remaja ke dewasa). Biasanya mereka akan bertanya,“Mampukah saya mencapai hal yang saya harapkan?”. Begitulah setelah kita baligh, pikiran kita pada umumnya akan menjadi lebih dewasa. Kita menjadi lebih keras dalam menelusuri pikiran-pikiran kita, membuka setiap relung sudut-sudut di dalam otak, lalu kita akan merenung dan biasanya air mata akan berjatuhan kala itu.
Kita akan berpikir keras, apa sebenarnya tujuan hidup ini. Lalu, apa gunanya saya terus berharap hal-hal yang sedemikian rupa.
Ketika itulah, saat-saat kita harus lebih dekat dengan Yang Maha ‘Alim (Mengetahui). Jika kita lebih masuk ke dalam sudut-sudut pikiran kita, dan masuk lebih dalam lagi dari yang lebih dalam itu, maka di situlah kita temukan banyak ruang-ruang memori. Apa saja yang sudah kita lakukan tadi.
Hingga biasanya saat kita benar-benar dalam penguasaan emosi diri saat kita merenung dan berkoneksi kepada-Nya, maka biasanya kita akan temukan 3 pertanyaan besar dari dalam diri kita.
“Dari mana asalku ini sebenarnya? Lalu aku di dunia ini untuk apa? Dan setelah ini akan ke mana?”
Begitulah pemikiran manusia jika dia telah dewasa. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tadi bila disingkat menjadi:
Dari mana? – Untuk apa? – Akan ke mana?
Pertanyaan di atas sejatinya adalah pertanyaan retorika. Mengapa? karena jawaban-jawaban tersebut sesungguhnya sudah diketahui oleh orang-orang yang beriman. Tetapi bagi sebagian orang yang mungkin belum terlalu paham dan mengerti, itu merupakan pertanyaan interpretasi, yakni pertanyaan yang jawabannya membutuhkan penafsiran.
Saya yakin para pembaca sekalian sudah paham jawaban dari 3 pertanyaan besar dalam hidup tersebut. Agar semakin menguatkan keimanan kita, mari kita jawab bersama-sama.
1. Dari Mana (sebenarnya kita ini) ?
Kita ini sebenarnya dari mana? Tentu saja, kita berasal dari Allah. Allah yang menciptakan kita. Kemudian, setelah ini kita akan bertanya lagi,
2. Untuk Apa (Kita hidup dan diciptakan oleh-Nya) ?
Tentu saja kita hidup hanya untuk beribadah kepada-Nya selama 24 jam penuh, setiap hari. Allah berfirman:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah, Dialah Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”. [QS. Adz-Dzariyat/51: 56-58]
Lalu, bisakah kita beribadah kepadanya selama 24 jam? tentu bisa! Islam bukan hanya agama yang mencakup ibadah ritual seperti shalat dan puasa saja, melainkan Islam mencakup segala sisi kehidupan, dari hal-hal yang kecil misalnya seperti berdo’a ketika masuk wc, lalu masuknya dengan kaki kiri terlebih dahulu. Dan hal-hal yang besar seperti bernegara, berpolitik, berekonomi, dll.
Kemudian setelah kita mengetahui jawaban yang kedua, maka akan muncul pertanyaan yang ketiga.
3. Akan ke mana kita setelah ini?
Tentu saja, kita berasal dari Allah, Allah-lah yang menciptakan kita. Dan sewaktu-waktu kita akan kembali lagi kepada-Nya kelak.
Itulah 3 pertanyaan besar dalam diri manusia jika kita sudah benar-benar paham. Yang pasti, semua hanya Allah yang tahu. Wallahu a’lam bishshowwab.
0 comments:
Post a Comment
Kritik & Saran Anda sangat Saya Butuhkan.. Silahkan berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Komentar tidak boleh mengandung unsur pornografi, atau link hidup. Terima kasih.