Mari membaca, mari menulis dengan jujur, mari kita menyebarkan ilmu pengetahuan.. LETS START >>>

Friday 6 December 2013

Cerbung: Aku dan Mereka saat di Kairo bag.21: Kegiatan di Al-Azhar

Satu pekan lagi, akhirnya aku dapat melukiskan perjalanan hidupku menuju benua Amerika. Alhamdulillah, semoga nanti aku bisa menyelesaikan skripsiku dengan baik dan memuaskan serta mendapatkan pelajaran yang berharga di sana. Begitu juga dengan Farhan dan Jauhar.

Hari ini, adalah hari yang sangat berbeda. Karena hari ini adalah hari Minggu, maka semua kegiatan di Al-Azhar hanyalah Pengembangan diri dan Ekstarkurikuler. Inilah yang paling aku tunggu-tunggu untuk menghilangkan rasa penat dan jenuhku selama seminggu ini.

Aku berangkat menuju Al-Azhar tepat setelah Shalat Subuh. Aku ingin berangkat lebih awal, karena ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu. Akupun segera memasukkan buku syair habsyi dan syair lainnya ke dalam tas. Karena aku mengikuti pengembangan diri tersebut.

“Alhamdulillah, Pagi yang sangat Sejuk”Kataku dalam hati.

Akupun segera berangkat menuju halte di seberang Asrama, dan menunggu datangnya bis distrik yang menuju ke Al-Azhar. Aku dan 4 temanku lainnya menyambut pagi ini dengan wajah ceria.

5 menit kemudian, akhirnya bis distrik pun datang. Alhamdulillah.

Di dalam bis, aku asik sekali berbicara tentang pengembangan diri yang masing-masing kami ikuti.

[dalam bahasa Arab]“Lho, perasaanku,, nggak ada pengembangan diri habsi..??”tanya Ahmed kepadaku.

[Dalam bahasa Arab]“Ada, aku aja sudah lama ikut.. memangnya kamu nggak tahu ya med?”tanyaku balik.

“Aku nggak tahu ga, kalau aku tahu ya aku ikut.. tapi ini sudah semester 7, setengah tahun lagi kita sudah lulus.. percuma juga aku ikutan.”Katanya dengan nada agak menyesal.

“Nggak percuma kok, setengah tahun itu meskipun sebentar, kamu tetep bisa ikut. Bahkan, perayaan wisuda nanti anggota Habsi akan tampil. Kamu juga bisa ikut..”Kataku menyemangati Ahmed.

“Benarkah, Alhamdulillah, aku ingin sekali ikut.. hari ini aku daftar deh, nanti sama-sama kamu ya ga..”Kata Ahmed dengan senang.

“Siipp!!!”Akupun tersenyum.

30 menit kemudian akhirnya kami sampai di Al-Azhar. Meskipun masih pukul 06.15, Suasana di Universitas sangat ramai. Banyak mahasiswa yang datang dengan jam yang sama dengan kami.

“Raga, aku ikut kamu ya ke ruangan habsi..”Kata Ahmed.

“Iya, tenang aja.. tapi tunggu sebentar ya..”Kataku sambil melihat al-Azhar secara keseluruhan, aku ingin mencari 2 sahabatku itu, Farhan dan Jauhar.

“Ah, kayaknya mereka berdua belum datang. Ya sudah, lah.”kataku dalam hati.

“Med, ayo..”kataku mengajak Ahmed untuk menuju ruang habsi.

Aku dan Ahmed pun segera menuju ruang habsi di lantai 3.

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam, Eh.. masuk ga” jawab Hanafi dan 7 temanku lainnya kepadaku.

“Iya, makasih. Yang lain belum datang ya..?”

“Iya, masih kita saja yang datang.”kata Hanafi.

“Fi, kamu ‘kan ketua habsi di sini, boleh nggak kalau temanku, Ahmed ikut jadi anggota di sini.”Kataku kepada Hanafi.

“Wah.. tentu saja boleh, kami semua sangat menerima dengan senang hati..”Kata Hanafi yang berkuliah di jurusan Ilmu FIQIH itu.

“Terimakasih banyak ya Fi..”kata Ahmed.

“Sama-sama”

“Ya sudah, sambil menunggu yang lainnya datang, kita coba satu syair dulu.. bagaimana?!”Kata Hanafi kepada kami semua.

“Oke, siiippp!!!”

“Ahmed, kamu bisa apa saja dengan habsi ini?”Kata Hanafi.

“Aku sangat suka bersyair.. Aku ingin mencobanya.. Insya Allah bisa..”Kata Ahmed dengan percaya.

“Kalau begitu, mari kita mulai dari syair ‘Barakallahu’.”Kata ku.

“Ayo.”kata semuanya.

Ahmed pun memulai shalawat nabi, dan setelah itu kita memulainya dengan gembira.

Ahmed pun mulai bersyair, dan kami pun mulai memukul rebana yang kami pegang.

Ruangan habsi ini memang dirancang sedemikian rupa, sehingga rupanya seperti studio musik modern, tanpa menghilangkan nuansa islami yang ada. Bahkan, nuansa Islaminya sangat kental sekali. Jadi, suara yang di hasilkan penyair dapat bersih dan tidak kalah dengan suara rebana yang di pukul.

“Subhanallah, Ahmed ini diam-diam, tapi suaranya syahdu juga ya.. bagus sekali..”Batinku dalam hati.

Kami pun terus bergendang dan bersyair, hingga syair pertama habis.

“Subhanallah, Ahmed.. suaramu bagus sekali. Mengapa kamu tidak ikut dari dulu.”Kata Hanafi kagum. Bahkan aku sendiri saja baru tahu. Padahal aku teman kuliah yang satu jurusan dengannya.

“Ah, biasa saja. Alhamdulillah, ini adalah karunia dari Allah. Aku baru ikut karena aku baru tahu kalau ternyata di al-Azhar ini ada habsi.”Ia menjawab dengan merendahkan diri

“Benarkah?!, tapi, kamu kenapa masuk jurusan IPA-Astronomi?!, kenapa nggak masuk di jurusan Ilmu Tafsir, atau qira’ah sab’ah, atau pelajaran agama lainnya ?”Tanya Hanafi semakin heran.

“Aku masuk Astronomi, karena setiap kali aku melihat apa-apa yang diciptakan Allah, aku selalu kagum dan dapat sennatiasa mengingat-Nya. Dan aku pasti mempunyai pemikiran yang sama dengan seluruh sahabat jurusan astronom, termasuk Raga juga. Ya, kita semua ingin memajukan umat Islam melalui bidang Teknologi dan Antariksa.”

“Wah, aku sangat suka sekali dengan ceritamu. Ceritamu sangat persis sekali dengan cerita Raga saat pertama kali masuk menjadi anggota habsi disini. Kalian berdua memang teman yang akrab ya.”

“Ya, begitulah”.

Setelah itu, sahabat-sahabat habsi lainnya pun datang dan sudah lengkap semua. Kami pun mulai latihan untuk tampil di acara wisuda stengah tahun lagi. Aku tidak sabar…

*******
BERSAMBUNG..
Share:

0 comments:

Post a Comment

Kritik & Saran Anda sangat Saya Butuhkan.. Silahkan berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Komentar tidak boleh mengandung unsur pornografi, atau link hidup. Terima kasih.

Daftar Pengunjung

Flag Counter