Mari membaca, mari menulis dengan jujur, mari kita menyebarkan ilmu pengetahuan.. LETS START >>>

Wednesday, 28 August 2013

Kisah dan Renungan: Keberuntungan Seorang Musafir

Di sebuah padang pasir, berjalanlah seorang musafir bersama dengan barang-barang bawaannya. Musafir tersebut telihat letih, haus, juga lapar. Hingga beberapa saat ia sampai di depan sebuah rumah besar yang mempunyai halaman yang sangat luas. Ia pun mengitari rumah itu, mencoba mencari sesuatu yang dapat ia makan. Ia pun akhirnya bertemu pada sebuah ranting pohon apel yang menjorok ke luar pagar. Pada ranting tersebut, terdapat satu buah apel yang masih terlihat segar. Ia pun segera memetiknya dan memakannya. Baru menelan kunyahan pertama, Ia pun tersadar, bahwa seharusnya ia tidak memakan yang bukan hak miliknya. Akhirnya, Ia menganggap dirinya merasa bersalah.
 
Setelah itu, ia memutuskan untuk memasuki pagar besar itu. Dan saat ia mengucap salam, didalamnya tidak terdapat orang satupun yang menjawabnya. Dengan memberanikan diri, Ia pun masuk ke dalam dan langsung membuka pagar tersebut. Dan ternyata, di dalam pagar tersebut terdapat pekarangan kebun yang sangat luas, yang di dalamnya terdapat banyak macam buah-buahan. Ia sangat takjub melihat kebun seluas itu, bisa ada di antara gurun yang sangat luas, dan segera Ia mengucap ‘SubhanAllah’.

Ia pun segera mencari penghuni rumah tersebut, tetapi tidak ada orang. Dan akhirnya, Ia pun berjumpa dengan seorang tukang kebun yang ada di pekarangan kebun itu. Segera Ia menghampiri tukang kebun itu.

“Tuan, apakah anda yang punya rumah ini?”.

“Tidak, saya hanya sebagai bekerja tukang kebun di rumah ini. Ada apa gerangan wahai Fulan? Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya tukang kebun itu dengan perasaan heran.

“Kalau begitu, saya ingin bertemu dengan Tuanmu, apakah dia ada?” Tanya sang Musafir.

“Maaf sekali, Ia sedang tidak berada di sini. Ia sedang pergi ke negeri sebelah” Jawab si tukang kebun.

“Kalau begitu, dapatkah engkau memberitahukan di mana Tuanmu berada sekarang?” Tanya sang Musafir.

“Sekarang, Ia sedang berada di negara Mesir, kota Kairo. Saya tidak tahu persis apa yang Beliau perbuat di sana. Tapi setahu saya, Ia sedang menjalani perawatan akibat sakit yang di deritanya.”Jawab si tukang kebun.

“Baiklah, terimakasih banyak. Assalamu’alaikum”.

“Wa’alaikum Salam wr.wb”.

Akhirnya, sang Musafir yang saat itu posisinya sedang berada di Madinah, memulai perjalanannya menuju Kairo, Mesir. Hingga berhari-hari Ia berjalan, dan akhirnya dalam waktu satu setengah bulan, Ia sampai di sana. Ia pun segera mencari majikan si tukang kebun tadi. Dan akhirnya, Ia bertemu Tuan dari tukang kebun tadi di sebuah rumah tabib. Ia pun segera menceritakan kejadian itu. Dan ternyata, majikan/Tuan dari tukang kebun tadi adalah seorang ulama dan perawi hadis. Ulama itu segera berkata:

“Karena engkau sudah memakan apa yang bukan hak mu tanpa seizinku, maka aku akan memberimu suatu hukuman.”Kata sang Ulama dengan tegas.

“Saya siap menerimanya dengan lahir dan batin saya, wahai Tuan.”Kata sang Musafir dengan ikhlas.

“Baiklah kalau begitu. Engkau akan ku nikahkan dengan putriku yang buta, tuli, bisu, dan cacat.” Kata sang Ulama.

“Baiklah saya siap. dengan tidak bermaksud lancang, bolehkah Tuan menunjukkan mana putri Tuan yang Tuan maksudkan.”Tanya sang Musafir dengan penasaran.

“Baiklah, tetapi aku akan memberi tahu engkau pada saat hari pernikahan itu berlangsung.”Kalimat yang di tujukan sang Ulama membuat sang Musafir menjadi bertambah penasaran.

*****

Selang beberapa waktu kemudian, hari pernikahan itupun datang. Sang Ulama yang masih setengah sehat datang dengan membawa putrinya sebagaimana yang Ia janjikan kepada pemuda Musafir itu. Seketika sang Musafir langsung kaget melihat putri dari ulama tersebut.

“Sebenarnya, maksud dari yang aku katakan bukanlah seperti yang engkau bayangkan. Putriku itu tuli, maksudnya tidak pernah mendengar perkataan-perkataan maksiat. Putriku itu buta, maksudnya tidak pernah melihat hal-hal maksiat. Putriku itu bisu, maksudnya tidak pernah berkata hal-hal yang maksiat dan yang tidak penting. Dan putriku itu cacat, karena dia bukan orang yang suka, atau bahkan tidak pernah sama sekali melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat. Semoga kamu dapat menjaganya dengan baik. Jadilah pemimpin keluarga yang baik, dan jangan pernah membuatnya kecewa. Kuberikan seluruh harta bendaku kepadamu dan ku berikan Putriku yang cantik ini sebagai pendamping hidupmu. Aku yakin kau adalah orang-orang pilihanku. Dan aku yakin seyakin-yakinnya.”Seketika itu, sang Ulama terjatuh dari berdirinya dan menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.

sang Musafir tidak menyangka, bahwa apa yang di maksudkan Tuan (ulama) adalah begitu. Dan ia pun sangat bersyukur kepada Allah swt. atas karunia yang Allah swt. berikan kepadanya. Sejak hari itu, Ia meneruskan profesi sang Ulama, yaitu dengan profesi yang sama sebagai ulama dan perawi hadis. Ia diliputi dengan kehidupan mewah dengan kesederhanaan dan kedermawanannya. Ia juga sangat bersyukur memiliki istri yang sangat Cantik. Yaitu cantik jasmaniah dan rohaniahnya.

TAMAT

***************

0 comments:

Post a Comment

Kritik & Saran Anda sangat Saya Butuhkan.. Silahkan berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Komentar tidak boleh mengandung unsur pornografi, atau link hidup. Terima kasih.