Mari membaca, mari menulis dengan jujur, mari kita menyebarkan ilmu pengetahuan.. LETS START >>>

Tuesday, 23 December 2014

Apa yang seharusnya kita lakukan di Tahun Baru nanti?

image

Nampaknya, apa yang saya tulis ini bukanlah hal yang patut anda bingungkan. Pasalnya sudah berkali-kali kita melewatinya, dan tentunya, jangan sampai kita melewatinya dengan hal-hal negatif yang masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pergantian tahun sejatinya merupakan sebuah kabar “menyedihkan” bagi kita. Mengapa? Sadarkah anda, orang yang berpesta pada tahun baru, mereka merayakan berkurangnya umur bumi ini!!! Umur bumi yang bertambah tua ini, sejatinya sebenarnya semakin berkurang. Lihatlah mereka, meneriakkan pekikan, dan meluncurkan bunga api dari dasar bumi menuju langit. Semua mata saat itu berbinar-binar oleh siraman cahaya bunga api yang menebar di langit. Diiringi dengan tiupan terompet, yang sepertinya sudah menjadi khas di mana-mana, termasuk di Indonesia ini.

Tahun baru dewasa ini sudah sama seperti ajang untuk muda-mudi berekspresi di masa berkurangnya umur semesta. Saya tidak pernah menyalahkan mereka, tetapi, saya hanya menasehati diri saya sendiri dan memaksa tubuh saya ini untuk tidak mengikuti hal itu.

Pernahkah terlintas dalam benak Anda, apa yang telah anda lakukan pada tahun baru sebelumnya, tepatnya antara pukul 23.00-01.00 ternyata masih sama dengan tahun baru kali ini. Mari saya ulangi: memekikan suara ke langit >> meluncurkan bunga api >> meniup terompet.

Haha, dan kita tidak pernah sekalipun membayangkan, “apakah besok aku akan mati?” atau “apakah dosa-dosa ku pada tahun kemarin dapat diampuni Yang Kuasa?”. Mereka yang ikut-ikutan merayakan berkurangnya umur semesta ini, berdalih, “Lho, kenapa nggak boleh? ini kan cuma senang-senang saja. Lagian, cuma setahun sekali saja kok, nggak jadi kebiasaan kan?”. Dalam hati, saya hanya bisa berkata, “Semoga kita ditunjukkan oleh Allah jalan yang benar”.

Dalam bayangan saya, ketika langit di acak-acak oleh berbagai bunga api yang mereka katakan “menarik sekali” itu, sesungguhnya ada yang selalu mengawasi dari atas. Saat manusia mengira apa yang mereka lakukan sesuai dengan akal sehat, namun bagi Tuhan itu tidak sesuai. Allah berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. al-Baqarah [2]: 216) 

Sebagai muda-mudi yang beragama, kita pastinya diajarkan bagaimana menyikapi ulang tahun, atau “berkurangnya tahun”, terlebih untuk Alam semesta ini. Agama saya pun mengajarkannya dengan sangat detail, bagaimana cara kita menyikapinya.

Sebelum semuanya selesai, mari Anda saya ajak berpikir. Setiap manusia pasti sudah tahu, bahwa ajal akan menjemputnya kapan saja di mana saja. Begitupun dengan Alam semesta, bisa kapan saja meledak dan hancur, dan semua itu, kematian manusia hingga hancurnya alam semesta (kiamat) hanya ada pada pengetahuan Tuhan Yang Maha Segala-galanya. Saat saya duduk di ruang keluarga, menonton TV sekitar pukul 23.00 WITA, saya melihat setiap TV memulai penyiaran akan detik-detik pergantian Tahun. Lihatlah ! berapa manusia membanjiri jalan-jalan pada saat malam pergantian tahun?! Mereka hanya mengikuti kesenangan banyak orang, tidak tahu-menahu akan ilmu dunia dan yang akhir (Dunia dan akhirat). Mereka rela datang sesak-sesakan dengan ratusan, atau bahkan ribuan manusia lainnya, demi melihat hamburan bunga api di langit tepat pada pukul 00.00, dan merayakannya bersama. Astaghfirullah.

Semakin kita merayakanannya, sama saja kita merayakan akan semakin dekatnya kiamat, Na’udzubillah.

Lalu, jika hal di atas saya anggap lebih banyak mudharat (negatif) nya, Apa yang harus saya lakukan di pergantian tahun nanti?

Tentu saja, berdo’a kepada Allah, agar 365 hari kemarin berikut tahun-tahun sebelumnya, diampuni dosa-dosa kita. Mengajak orang-orang terdekat kita (teman-teman, orang tua, kerabat) untuk menjauhi hal-hal itu.

Malam yang panjang itu, bisa kita jadikan untuk bermunajat kepada-Nya. Dan, inilah yang membuat saya tersenyum, saat orang lain memekikkan suara >> Meluncurkan bunga api ke langit >> meniup terompet, maka kita berada dalam sujud kepada Tuhan yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha segalanya. Sudahkah kita lakukan itu?

Saya pernah membayangkan, seandainya kita diberikan umur terakhir setelah malam pergantian tahun itu, apa yang anda lakukan? memekikkan suara >> Meluncurkan bunga api ke langit >> meniup terompet, atau bersujud dan beribadah di hadapannya, kemudian meninggal… menuju akhirat…

THINK AGAIN. Semoga bermafaat, salam pengetahuan yang menginspirasi.

0 comments:

Post a Comment

Kritik & Saran Anda sangat Saya Butuhkan.. Silahkan berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Komentar tidak boleh mengandung unsur pornografi, atau link hidup. Terima kasih.