Mari membaca, mari menulis dengan jujur, mari kita menyebarkan ilmu pengetahuan.. LETS START >>>

Monday, 26 August 2013

Cerbung: Aku dan Mereka saat di Kairo Bag.9

image Dalam Pembahasan pertama, kami membahas masalah tentang bagaimana cara meredamkan konflik yang terjadi di Mesir secara kekeluargaan. Pada hakikatnya, kami sebenarnya tidak ingin ikut campur masalah internal mesir ini. Tetapi, kami sebagai mahasiswa yang menempuh pendidikan di Mesir, merasa bertanggungjawab untuk ikut dalam peredaman konflik internal Mesir ini. Kami tidak ingin, warga yang tidak bersalah menjadi korban dalam konflik ini. Selain itu, dampak dari konflik internal ini adalah, Universitas al-Azhar akan ditutup untuk beberapa saat, hingga susana dalam keadaan kondusif. Jadi, kami harus menunggu agak lama untuk melanjutkan pendidikan disini. Mungkin sebulan kemudian keadaan baru kembali normal.

Konferensi yang kami jalani terdiri dari 9 pembahasan yang berlangsung selama 90 menit, olah pendapat sekitar 2 jam, dan voting sekitar 50 menit. jadi, konferensi kali ini dipusatkan pada olah pendapat berbagai mahasiswa. Hasil dari konferensi ini akan diakumulasikan pada minggu berikutnya dengan menggabung ketiga hasil pokok konferensi tersebut.

*****

Dua hari setelah kami mengadakan konferensi, kami mahasiswa Indonesia menerima sebuah surat dari Kementrian Pendidikan Indonesia. Isi surat itu menyatakan bahwa mahasiswa Indonesia dilarang ikut campur dalam persoalan internal negara mesir. Mahasiswa Indonesia tidak diperkenankan keluar dari lingkungan universitas terkecuali dalam keadaan yang sangat penting dan sangat membahayakan. Disitu juga tertulis surat tersebut dikirim bersamaan dengan tembusan dari Presiden dan tentunya Kementrian Agama. Mengenai hal ini, kami langsung kaget… dan akhirnya tidak memberanikan diri untuk ikut lagi dalam konferensi berikutnya dan tidak akan keluar dari lingkungan al-Azhar.

“Bagaimana ini Farhan, aku tidak berani mengikuti konferensi untuk minggu-minggu berikutnya.”Kata Jauhar gugup.

“Aku juga berpikir demikian, tetapi.. apakah kita hanya berdiam diri di al-Azhar, sedangkan mereka semua tetap melanjutkan konferensi ini.” Kata Farhan dengan keberaniannya. Aku hanya terdiam, tidak kusangka, ternyata Farhan juga mempunyai pendirian yang kuat.

“Raga, kamu tetap ikut kan?? kamu harus membantuku!!! membantu saudara-saudara kita yang sedang mengalami kesulitan itu. Bukan aku ingin melanggar pesan resmi itu, tetapi.. aku lebih mengutamakan kepentingan banyak., Aku juga, bilapun mati sekalipun.. aku tidak mengapa. Aku ingin bertekad kuat seperti mereka yang benar yang ada dalam medan perang. Dengan segenap kekuatan iman dan islam kita, semoga Allah menolong kita disetiap saat. semoga kita juga dapat menolong orang-orang yang benar.”Kata Farhan Tegas. Baru kali ini aku mendengar seorang Farhan berbicara seperti ini. Ketulusan dan keseriusannya berbicara memang tak pernak kulupakan sejak satu bangku dengannya di Tsanawiyah.

Aku hanya menjawab.. “tetapi, surat itu.. resmi. dan..”Kataku terpatah-patah. Belum selesai aku berkata, ia sudah langsung meninggalkan aku dan Jauhar menuju asrama. Nampaknya, ia sudah putus asa mendengar jawaban singkat ku itu. Setelah Farhan pergi dari hadapanku, aku menarik Jauhar menuju halaman belakang.

“Bagaimana ini Jo, Aku tidak sampai hati melihat Farhan seperti itu. sepertinya…. ia benar-benar ingin mengikuti konferensi itu” Kataku kepada jauhar.

“Apa kamu bilang?? mengikuti konferensi itu? kamu nggak salah??, bukannya kementrian pendidikan sudah mengeluarkan pesannya kepada kita. Apalagi, disitu tertulis tembusan atas presiden dan kementrian Agama. Kamu mau mengikuti Farhan atau surat itu, terserah saja. Bukannya aku takut, tapi aku berpikir bagaimana masa depanku nanti. aku tidak mau aku berakhir hanya sampai disini. Aku ingin kita bertiga berkumpul seperti dulu dan sekarang ini. Aku tidak ingin salah satu dari kita mati. Aku ingin kita saling melengkapi dan..., Aku..” Kata Jauhar sambil terisak-isak bukti persahabatannya kepada aku dan farhan.

“hmm, Jo, Aku mengerti perasaanmu. (sambil meneteskan air mata haru)” “tapi begini, disisi lain kita juga harus bisa mengerti perasaan Farhan. Kita harus bisa memadukan pendapat kita bertiga menjadi satu. Kita harus menjadi sahabat yang bersatu seperti dulu. Kamu masih ingat ini kan???” Kataku sambil mengelurakan sembilan buah bet dengan bertuliskan angka 7-1, 7-3, 7-3 | 8-1, 8-1, 8-1 | 9-1, 9-2, 9-3.

“ini adalah lambang kelas kita saat masih di Tsanawiyah. Lihat !! pertama, kamu dan Farhan satu kelas dan kalian berdua tidak sekelas denganku. Meskipun kalian berdua sekelas, kalian berdua tidak saling mengenal, apalagi denganku yang berbeda kelas. Setelah itu, kita dipertemukan disebuah kelas yang sama, yaitu 8-1. Ini merupakan takdir Allah, kita dipertemukan dalam satu kelas. Dan dalam kelas inilah kita memulai persahabatan kita. Hingga setelah kita bersahabat kurang lebih 1 tahun, kita diuji oleh-Nya dengan tidak sekelas lagi. Aku 9-1, kamu 9-2, dan Farhan 9-3, ditambah dengan bedanya kita melanjutkan pendidikan setelah dari Tsanawiyah. Dalam hal ini, kita diuji, apakah persahabatan kita akan padam, ataukah masih dapat diukir dalam sejarah hidup kita dan dipertahankan. Dan tanpa disadari, 3 tahun setelahnya, kita dipertemukan kembali oleh Allah swt. di Universitas al-Azhar ini. Dan ternyata, kita masih bisa menulis sejarah persahabatan kita. Untuk itu, persahabatan kita masih hidup sampai sekarang, mulai Tsanawiyah sampai kita jadi mahasiswa.  mulai kita berumur 12 tahun, sampai kita berumur dewasa seperti sekarang ini. Ini sungguh skenario yang indah sekali jika kamu perhatikan baik-baik. Nah, oleh karena itu, mari, kita diskusikan masalah ini bersama-sama, dan jangan ada permusuhan lagi. Jika diantara kita ada yang bermusuhan, ingatlah bet ini. Dan selalu ingatlah Allah bahwa Dia-lah yang akan memberikan jalan keluarnya.”Nasihatku kepada Jauhar dan Ceritaku kepadanya ternyata membuatnya menangis terharu. Saat itu pula ia langsung berkata sambil menepuk pundak ku:

“Ayo, kita harus menemui Farhan. Dan berkata kepadanya bahwa kita harus menjadi umat muslim yang berguna untuk umat muslim lainnya.”Seketika pikirannya menjadi jernih seperti habis dicuci dengan air hujan. Ia langsung mengajakku mengunjungi Farhan di Asrama. Aku hanya tersenyum, bahwa ternyata sejarah persahabatan kami yang aku ceritakan kepadanya dapat membuat kami kembali bersatu. terimakasih Ya Allah…

Bersambung.

0 comments:

Post a Comment

Kritik & Saran Anda sangat Saya Butuhkan.. Silahkan berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Komentar tidak boleh mengandung unsur pornografi, atau link hidup. Terima kasih.