Mari membaca, mari menulis dengan jujur, mari kita menyebarkan ilmu pengetahuan.. LETS START >>>

Saturday, 11 May 2013

Renungan: kaya tetapi sakit atau miskin tetapi sehat

Seorang pemulung yang memakai pakaian compang-camping menyusuri sebuah kota. Mencari-cari plastik, botol, atau kaleng bekas untuk dipungut dan dijualnya. Sepanjang menyusuri jalan tersebut, Ia tidak melihat satu pun sampah plastik yang dapat diambilnya. Ia pun bangga sekaligus sedih dengan berkata..

“Baru kali ini, aku mendapati sebuah kota yang sangat bersih sekali, sangat tersa segar udara disini bagiku. Tetapi, bagaimana aku bisa mencari barang bekas disini. sepanjang jalan yang aku susuri ini, tiada satupun sampah dalam pandangan mataku.” Pemulung tersebut pun akhirnya menyerah dan kehabisan akal, dia pun berpikir ingin menemui Raja yang memerintah kota yang bersih dan indah ini. Ia ingin bertanya, bagaimana bisa kota ini sangat bersih dari sampah?.

image

Ia pun terus berjalan, menyusuri jalan, dan tanpa sengaja, Ia tiba di depan sebuah pagar besar yang menjulang tinggi. Ia pun berpikir, pasti ini kediaman seorang Raja yang tengah aku cari. Ia pun langsung berteriak-teriak seperti “wong ndeso” di depan pagar tersebut. Salah seorang berpakaian seragam pun keluar dari dalam, dan menanyakan mengapa Pemulung tadi berteriak-teriak memanggil sang Raja. Lalu, si Pemulung menjawab, bahwa Ia ingin menemui raja tersebut. Lalu, orang berseragam tadi mengizinkan, asalkan ada izin dari sang Raja.

Orang berseragam tadi pun meminta si pemulung menunggu di luar,dan orang berseragam tadi segera masuk menghadap Raja. Ia pun menceritakan apa yang sedang terjadi, dan ternyata, Raja membukakan pintu rumahnya lebar-lebar untuk si pemulung tadi.

Orang berseragam tadipun keluar lagi dan mengatakan kepada si Pemulung bahwa sang Raja mempersilahkannya masuk. si Pemulung sangat bangga, dapat disambut dengan hangat.

Ia pun masuk dan langsung menemui Raja yang sedang duduk di singgasananya. Rasa kagum dan hormatnya menyinari warna wajahnya kepada sang Raja bijaksana yang sedang ia hadapi.

Belum Ia menanyakan yang ingin ditanyakannya, sang Raja sudah bergegas langsung mengajaknya makan bersama. Senangnya bukan main pemulung tadi, dalam hatinya ia berkata, baru kali ini ada seorang raja yang sangat merakyat.

Sang Raja makan dengan cara berpendidikannya, tidak seperti pemulung tadi, yang makan dengan rakus dan tidak karuan. Mungkin karena sudah tidak makan 2 hari.

Raja yang duduk didepannya, hanya tersenyum simpul. Segera sang Raja tadi menanyakan apa yang diinginkan pemulung Tadi.

“Wahai pemulung, ada hal apa yang membuatmu sampai datang kemari?”tanya sang Raja.

Pemulung tadi segera berhenti mengunyah, dan memuji sang raja atas kebersihan kota yang sedang dipimpinnya. Sang Raja pun lagi-lagi tersenyum simpul. Dan setelah itu, Raja memberi si Pemulung tadi 12 keping emas dan perbekalan makanan.
Pemulung tadi pun sangat gembira. Tidak disangka-sangka, dia yang kemari karena urusan lain, malah mendapat urusan yg lain pula, yaitu rezeki yang diterimanya.

Setelah mereka berdua makan, raja mengajak si Pemulung untuk duduk di taman, mereka asyik berbincang-bincang. Dan ditengah perbincangan itu, sang Raja menawarkan sesuatu hal kepada si Pemulung.

“Wahai pemulung, apakah engkau mau, ku bagi setengah tahtaku ini kepadamu?” kata sang Raja dengan serius.

Tapi, untuk apa? saya ‘kan bukan orang yang berpendidikan?”


“Tetapi, bukankah engkau ingin kaya??”

Tentu saja hamba ingin, ini yang hamba cita-citakan selama bertahun-tahun lamanya”.

“Nah, kalau begitu maukah kau menerima tawaranku? Tetapi dengan satu syarat…kau harus mau memikul penyakit yang ada di dalam tubuhku ini, dengan memindahkan penyakit yang ada dalam tubuhku ke dalam tubuhmu. Karena, kata sang Tabib, penyakitku hanya bisa disembuhkan dengan satu cara, yaitu memindahkannya ke orang lain…”

Pemulung tadi pun berpikir…Ah, tidak enak rasanya aku hidup kaya tapi sakit…nanti semua hartaku habis hanya untuk pengobatanku. Tapi inilah yang aku inginkan, menjadi orang kaya…

Setelah berpikir keras, si Pemulung tadi pun lebih memilih hidup miskin, tetapi sehat…

hikmah cerita: Sesungguhnya, kesehatan itu lebih berharga dari pada apapun. Dan tidak ada manusia yang memiliki semuanya secara lengkap, harta atau kesehatan. Hanya satu kata kunci yang dapat kita lakukan, yaitu selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

0 comments:

Post a Comment

Kritik & Saran Anda sangat Saya Butuhkan.. Silahkan berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Komentar tidak boleh mengandung unsur pornografi, atau link hidup. Terima kasih.